12 June 2013

MEMILIH METODE EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

MEMILIH METODE EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN

Aturan dasar evaluasi di sini adalah bahwa pemilihan metode mengikuti pemilihan fokus, bukan sebaliknya. Setiap pertanyaan evaluasi harus diperiksa dalam hubungannya dengan apa yang akan merupakan bukti untuk menjawabnya. Uraian singkat berikut tentang metode pengumpulan data, meskipun tidak terlalu lengkap, namun setidaknya dapat digunakan sebagai toolkit untuk berbagai keadaan. Daftar ini meliputi analisis dokumen, observasi, wawancara, survei, focus group committees, kunjungan lapangan dan wisata, permainan peran, peta, studi kasus, field trial documentation.

1.  Document Analysis
Analisis Dokumen (Document Analysis). Contohnya termasuk risalah rapat, korespondensi, catatan anggaran, catatan lokakarya, makalah peserta, dan laporan surat kabar, untuk beberapa nama. Ini dapat diperlakukan sebagai data, dianalisis untuk konten, dan diringkas dalam kaitannya dengan pertanyaan, termasuk tingkat input ke dalam program; tingkat partisipasi, sifat tujuan dan kegiatan, dan tema tentang masalah, kekhawatiran, harapan, dan arah baru. Tema dari dokumen dapat menjadi sumber informasi yang kredibel. Dokumen-dokumen biasanya tidak mengungkapkan motivasi peserta atau pengalaman subyektif. Namun, dokumen sering mengungkapkan kesulitan operasi program.

 2.  Observations
Pengamatan (Observations). Pengamat bisa orang luar atau orang-orang yang terlibat dalam kegiatan penyuluhan. Pengamat biasanya diberi daftar pendek item yang mungkin termasuk tingkat partisipasi dan interaksi pribadi, indikator nonverbal kepentingan atau perhatian, peran kepemimpinan, tingkat kinerja, dan indikator konflik. Data kualitatif dan kuantitatif dapat dikumpulkan. Temuan dapat disampaikan atau dilaporkan kepada sasaran secara keseluruhan untuk memulai proses reflektif tentang apa yang mungkin perlu diubah, atau dapat digunakan sebagai bukti metode sukses atau hasil belajar (Worden & Neumaier, 1987). Pengamatan proses dan hasil dapat direkam dengan video atau foto dokumentasi. ini adalah bentuk data cara grafis yang sangat kuat untuk mengkomunikasikan sifat program dan hasil-hasilnya kepada pemegang kebijakan. Video tentang pengetahuan lokal para petani juga dapat digunakan untuk membantu mereka merefleksikan kekuatan dan keterbatasan pengetahuan mereka.

3.   Interviews
Wawancara (Interviews) Wawancara mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk evaluasi program, termasuk evaluasi penyuluhan. Wawancara dengan informan kunci dan perwakilan petani yang cocok untuk menggali masalah secara mendalam. Jika pertanyaan yang standar, tanggapan dapat ditabulasikan secara numerik untuk menunjukkan item kekuatan. Jika pertanyaan dalam bentuk pertanyaan terbuka, tanggapan unik dan mendalam dapat dihasilkan, yang pada gilirannya dapat memberikan informasi mengenai alasan mengapa kegiatan dipandang berbeda oleh beragam kelompok sasaran. Kelebihan dari wawancara adalah petani yang buta huruf juga dapat berpartisipasi secara penuh melalui wawancara. 

 4.  Group interviews
Wawancara kelompok (Group interviews)  kadang-kadang disebut kelompok fokus, dapat dibentuk sesuai dengan lokasi geografis atau jenis pertanian untuk membahas pertanyaan-pertanyaan evaluasi khusus. Kadang-kadang kelompok mungkin sudah ada. Di lain waktu kelompok-kelompok baru dapat dibentuk hanya untuk evaluasi. Tujuannya bukan hanya untuk menghasilkan penilaian yang menggunakan kriteria disepakati, tetapi juga untuk mengungkap hasil yang tak terduga, aplikasi, peluang, dan masalah untuk menginformasikan upaya penyuluhan masa depan. Suatu komunitas dapat merekonstruksi sejarah, kronologi kejadian, krisis, titik balik, prestasi, dan sebagainya. Papan tulis, dan gambar dapat mewakili tonggak atau keputusan. Seni melakukan wawancara kelompok dapat dipelajari. Banyak anggota masyarakat memiliki bakat untuk ini dan lebih mungkin daripada staf lembaga untuk membangkitkan tanggapan otentik. Subkelompok sering diperlukan untuk mendengarkan suara-suara yang tidak mungkin untuk didengar dalam kelompok yang hanya didominasi oleh beberapa orang.

5.  Surveys
Survei (Surveys). Survei adalah bentuk yang lebih standar untuk pengumpulan data yang dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan. Di sebagian besar dunia, survei petani di daerah pedesaan harus dilakukan dengan wawancara menggunakan pewawancara yang paham dan tahu akan wilayah, bahasa, dan budaya responden. Kadang-kadang survei dapat diberikan pada saat rapat atau pertemuan publik, namun, tanggapan harus diperlakukan sebagai "sample peluang," daripada sebagai "sampel acak," dan karena itu generalisasi dari temuan untuk populasi yang lebih besar terbatas. Survei sering digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana praktik, estimasi hasil produksi, preferensi untuk teknologi tepat guna, dan harapan tentang masa depan. Survey paling baik digunakan dengan populasi homogen ketimbang dengan populasi cukup beragam karena kuesioner standar cenderung peka terhadap keragaman. Evaluasi praktik dan adaptasi jenis petani yang beragam paling baik dilakukan melalui wawancara dan observasi.

6.  Field Visits and Tours
Kunjungan lapangan dan Tours (Field Visits and Tours). Tidak ada pengganti sebenarnya untuk kunjungan lapangan dan wisata untuk memberikan keaslian dan realitas kondisi, keterbatasan, dan dampak dari program penyuluhan. Tim evaluasi yang terdiri dari petani lokal, penyuluh, administrator, penyandang dana, dan evaluator eksternal memberikan keseimbangan dan pembelajaran interaktif mengenai perspektif yang berbeda. Anggota tim dapat melakukan observasi dan wawancara serta belajar dari satu sama lain tentang temuan mereka selama perjalanan. Dapat dilakukan dengan pembagian tugas sehingga pengetahuan khusus mengenai aspek tertentu dari situasi yang ada dapat dikumpulkan. Beberapa anggota tim dapat fokus pada aspek ekonomi, sosial, dan budaya, sementara yang tim lain fokus pada aspek teknis. Membandingkan data, analisis dan refleksi pada temuan, dan wawasan mengikuti kunjungan lapangan dapat menghasilkan evaluasi yang seimbang dan lebih holistik.

 7.  Documentation of Farmer Demonstrations 
Dokumentasi Demonstrasi Farmer (Documentation of Farmer Demonstrations). Anjangsana, yang telah sering digunakan oleh penyuluh untuk melaksanakan penyuluhan dan transfer teknologi, juga dapat digunakan untuk evaluasi teknologi tepat guna. Petani dan para pemimpin lokal dapat diajarkan untuk melakukan uji coba lapangan mereka sendiri, sehingga mendorong kebanggaan dan martabat masyarakat lokal yang dapat mentransfer teknologi yang tepat dengan menggunakan bahasa lokal mereka. Ketika petani memilih fokus penyelidikan mereka sendiri, mengumpulkan dan menganalisis data mereka sendiri, mereka lebih cenderung untuk mengadopsi teknologi yang tepat relevan dan efektif. LSM di Bolivia dan Peru telah mengembangkan alat standar dimana petani terlibat dalam situs-spesifik dokumentasi eksperimental dan pelaporan perbandingan hasil panen, menggunakan kalkulator sederhana (Ruddell, 1994). .

8.  Role Plays
Permainan peran (Role Plays). Meminta petani dalam pertemuan asosiasi petani atau dalam pertemuan desa untuk membuat sebuah drama atau role play yang menggambarkan proses interaksi penyuluh dengan desa pada praktek spesifik akan mengungkapkan berbagai data evaluatif pada hubungan sosial, relevansi pengetahuan ekstensi untuk pengetahuan lokal , dan peristiwa sejarah yang telah mempengaruhi solusi untuk masalah petani. 

9.  Maps 
Generasi peta dapat memberikan dasar untuk membuat penilaian tentang akses ke sumber daya penyuluhan dengan menunjukkan di mana kontak petani telah dibuat. Maps juga dapat dibuat untuk menunjukkan lokasi praktek pertanian berkelanjutan. Fakta-fakta ini dapat digunakan untuk mengevaluasi lingkup dan efektivitas upaya penyuluhan tentang praktek-praktek di daerah, DAS, atau wilayah geografis. Ketika akses peta dilapisi dengan peta peringkat sosial, penilaian dapat dibuat mengenai manfaat kelas sosial. Peta konsep yang dibuat bersama-sama antara petani dan penyuluh dapat memberikan penjelasan mengenai keberhasilan dan kegagalan upaya program khusus. Refleksi pada peta ini, dapat ditarik pada papan tulis atau di pasir, dapat mengungkapkan kontradiksi dalam asumsi dan harapan, yang pada gilirannya dapat menyebabkan percobaan baru. Peta yang menunjukkan sebelum dan sesudah gambar penginderaan jauh fotografi dan dapat menjadi dasar untuk diskusi evaluatif tentang keberlanjutan praktek staf tani dan penyuluhan. Hal ini terutama relevan dengan penggurunan, penggundulan hutan, erosi tanah, dan status lahan basah dan habitat satwa liar. Data ini dapat membantu kegiatan penyuluhan langsung ke lingkungan yang paling berisiko, serta memberikan bukti tentang dampak positif kerjasama penyuluh dengan petani pada praktek sumber daya pertanian dan alam yang berkelanjutan.

10.  Case Studies
Studi Kasus (Case Studies). Untuk memahami motivasi petani atau calon kontak tani, studi kasus petani atau jenis praktek pertanian tertentu dapat dilakukan. Perbandingan antara petani yang telah menggunakan teknologi penyuluhan dan mereka yang tidak adalah jenis umum dari studi kasus. Tipologi mungkin didasarkan pada wilayah geografis, jenis tanah, dan budaya, usia, gender, dan perbedaan ekonomi. Studi kasus paling baik dibangun melalui wawancara berulang dari waktu ke waktu dan sering, di samping laporan diri, data dari orang-orang yang mengetahui subjek dengan baik. Sejarah lisan, log, dan jurnal dapat juga berkontribusi terhadap data studi kasus jika petani berkolaborasi dalam memproduksi studi kasus ini. Evaluator harus menjamin hak atas privasi dan kerahasiaan dari sumber mereka.

Disadur dari tulisan : David Deshler, 2013. Evaluating Extension Programmes, Cornell University, Ithaca, New York.


11 June 2013

Metode Evaluasi Penyuluhan Post-Then-Pre

Post-Then-Pre Evaluation

            Bagaimana cara sederhana dan mudah melakukan evaluasi namun hasilnya handal dan valid untuk mengukur dampak penyuluhan? Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh para penyuluh. Metode “post-then-pre evaluation” merupakan satu metode evaluasi yang ditawarkan sebagai salah satu solusi untuk mendokumentasikan perubahan prilaku sasaran penyuluhan. Pengembangan instrumen, pengumpulan data dan analisis data relatif mudah dilaksanakan. Dalam menunjukan dampak program dapat memberikan hasil yang kredibel meskipun dalam proses “post-then-pre evaluation” tampaknya tidak lazim karena dilakukan secara terbalik.

Masalah Pada Pendekatan Biasa Pre test & Post Test

            Dalam penyuluhan, pendekatan khas evaluasi pretest-posttest telah lazim digunakan untuk menilai perubahan perilaku. Namun, dalam beberapa jenis laporan evaluasi penyuluhan, perbandingan hasil penilaian pretest-posttest dampak penyuluhan sesuai tujuan instruksional sering tidak akurat. Hal ini terjadi karena peserta memiliki pengetahuan terbatas pada awal program penyuluhan sehingga mereka tidak dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan mengenai perilaku dasar mereka. Pada akhir program, pemahaman baru mereka terhadap isi program mungkin berdampak terhadap respons mereka pada penilaian sendiri. Jika pretest digunakan pada awal program, peserta tidak memiliki cara untuk memperbaiki jawaban pada akhir program jika mereka membuat penilaian tidak akurat pada pretest sebelumnya.
            Masalahnya kemudian adalah bahwa pada pretest yang diberikan pada awal program penyuluhan mungkin tidak valid karena peserta memiliki pengetahuan yang terbatas dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang ditanyakan pada pretest. Sebagai contoh S. Kay Rockwell (2013) memberikan contoh pertanyaan pretest berikut ini : "Apakah anda memasukan salah satu makanan kaya vitamin C dalam diet Anda sehari-hari?" Untuk menjawab pertanyaan seperti ini secara tepat, harusnya responden memiliki pengetahuan akan makanan apa saja yang kaya akan kandungan vitamin C. Bagi peserta yang tidak tau makanan apa saja yang mengandung vitamin C, mungkin mengira bahwa makanan yang selama ini di makan sehari-hari mengandung vitamin C, jadi mungkin saja akan memilih alternatif jawaban “Sering” pada pretest.
            Sekarang anggaplah peserta telah meningkatkan asupan vitamin C dalam diet sehari-hari mereka sebagai hasil dari program penyuluhan. Pada posttes yang bertujuan untuk mengukur perubahan perilaku peserta melaporkan tingkat asupan vitamin C yang sama seperti yang dilaporkan pada pretest yaitu “Sering”. Pada tingkat posttest sudah tepat, akan tetapi masalahnya adalah jawaban pada pretest yang menyatakan “Sering” hanya atas dasar asumsi tanpa mengetahui jenis makanan yang mengandung vitamin C (karena kurangnya pengetahuan peserta), maka hasil yang akan muncul dalam evaluasi penyuluhan adalah tidak terjadi perubahan prilaku peserta antara pretest dan posttest. Hasil evaluasi yang demikian membuat program penyuluhan tampaknya tidak berpengaruh pada perubahan perilaku, padahal dalam kenyataannya, program ini secara signifikan telah meningkatkan asupan vitamin C dalam diet sehari-hari mereka.

Mengoreksi Masalah Pre-Posttes

            Dengan desain posttest kemudian pretest (Post-then-pretest) akan memperbaiki masalah ini. Masalahnya ditangani dengan cara tidak memberikan pretest pada awal program penyuluhan. Namun kemudian, pada akhir program, peserta menjawab dua pertanyaan sekaligus. Pertanyaan pertama tentang perilaku sebagai hasil dari program penyuluhan. Ini adalah bentuk pertanyaan posttest. Kemudian peserta juga diminta untuk memberi pernyataan apa perilaku mereka sebelum program penyuluhan. Pertanyaan kedua ini bentuk pertanyaan pretest, tetapi pertanyaan itu ditanyakan setelah program penyuluhan ketika peserta memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjawab pertanyaan. Itulah sebabnya maka pendekatan ini disebut “posttest kemudian pretest” (Post-then-pretest).
            Contoh 1 menggambarkan kedua pendekatan tradisional pre-than-post untuk contoh vitamin C dan pendekatan post-than-pre. Pada contoh pre-than-post, peserta memberikan pernyataan yang salah dengan menjawab "sering" mengonsumsi makanan yang kaya vitamin C pada pretest ketika jawaban yang akurat seharusnya "jarang." Jawaban posttest valid "sering." Dengan pendekatan pre-than-post, Contoh 1 menunjukkan tidak ada perubahan perilaku. Akan tetapi, dengan pendekatan post-than-pre, perubahan perilaku dapat ditunjukkan karena tanggapan pada pretest adalah "jarang" dan tanggapan pada posttest adalah "sering."
Tabel 1. Contoh Perbandingan Score Evaluasi “Pre-Post” dan “Post-then-Pre”
Hasil evaluasi “Tingkat asupan Vitamin C dalam makanan” dengan metode “pre-post” dan metode “post-then-pre”:
Pre-post :
o   Pre score= Sering (4)
o   Post score= Sering (4)
Post-than-pre :
o   Post score= Sering (4)
o   Retrospective pre score (then)= Jarang (2)

 
Tabel 2. Contoh Instrumen EvaluasiPost-then-Pre”
Contoh sederhana instrumen metode evaluasi “post-then-pre”:
1 : Hampir tidak pernah, 2 : Jarang, 3 : Kadang-kadang, 4 : Sering, 5 : Hampir selalu

Pernyataan
Sebelum Program
Setelah Program
Menggunakan informasi dari label nutrisi
1   2   3   4   5
1   2   3   4   5
Menyisakan makanan di piring jika itu melebihi kebutuhan saya

1   2   3   4   5

1   2   3   4   5
Menyertakan jenis makanan yang kaya vitamin C dalam diet sehari-hari

1   2   3   4   5

1   2   3   4   5

 
           
Dengan pendekatan “post-then-pre evaluation” memungkinkan untuk mengukur perubahan pengetahuan sasaran dengan menilai perubahan pengetahuan setelah mengikuti program penyuluhan (posttest), dan kemudian menilai bagaimana mereka melihat perilaku yang sama sebelum mengikuti program penyuluhan (pretest). Retrospektif pretest pada akhir dari program penyuluhan akan lebih akurat karena itu dijawab dalam frame referensi yang sama sebagai posttest. Dengan demikian, maka masalah apa yang disebut "response-shift bias" dalam penilaian pribadi, pada desain evaluasi pretest-posttest dapat diminimalisir.
           

Kesimpulan
 
            Menggunakan desain “post-then-pre evaluation” untuk mengidentifikasi perubahan perilaku sasaran dapat memberikan bukti yang cukup substansial mengenai dampak dari sebuah program. Meskipun contoh yang digunakan di sini tentang penyuluhan gizi, namun metodologi dapat disesuaikan dan mudah diaplikasikan untuk program penyuluhan yang lainnya. Menggunakan desain “post-then-pre evaluation” akan sangat membantu para penyuluh pertanian untuk mengetahui bagaimana efek perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya program penyuluhan pertanian dalam kehidupan masyarakat tani.

Sumber : Disadur dari : S. Kay Rockwell & Harriet Kohn, 2013 "Post-Then-Pre Evaluation"

10 June 2013

PENGERTIAN-PENGERTIAN


PENGERTIAN-PENGERTIAN
(Menurut Permentan 35/Permentan/OT.140/7/2009)


  1. Penyuluh Pertanian adalah jabatan fungsional yang mempunyai ruang lingkup,  tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
  2. Penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup .
  3. Penyuluh Pertanian Terampil adalah Penyuluh Pertanian yang mempunyai kualifikasi teknis atau penunjang profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan teknis di bidang penyuluhan pertanian. 
  4. Penyuluh Pertanian Ahli adalah Penyuluh Pertanian yang mempunyai kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan pengetahuan, metodologi, dan teknis analisis di bidang penyuluhan pertanian.
  5. DUPAK adalah Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit yang harus diisi oleh pejabat fungsional Penyuluh Pertanian dan diketahui oleh pejabat pengusul.
  6. Angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh pejabat fungsional Penyuluh Pertanian dalam rangka pembinaan karier yang bersangkutan.
  7. Pejabat Pengusul adalah Pejabat yang berwenang mengusulkan penetapan angka kredit Penyuluh Pertanian.
  8.  Pejabat Penetap Angka Kredit adalah Pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit  Penyuluh Pertanian.
  9.  Tim Penilai Pusat adalah Tim yang dibentuk oleh Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian untuk membantu Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian dan pejabat Eselon II yang membidangi penyuluhan dalam menetapkan PAK bagi Penyuluh Pertanian Pusat/Daerah pada jenjang jabatan tertentu.
  10.  Tim Penilai Provinsi adalah Tim yang dibentuk oleh Sekretaris Daerah Provinsi untuk membantu Sekretaris Daerah Provinsi dalam menetapkan PAK bagi Penyuluh Pertanian Daerah Provinsi.
  11.  Tim Penilai Kabupaten/Kota  adalah Tim yang dibentuk oleh Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota untuk  membantu Sekretaris Daerah  Kabupaten/Kota dalam menetapkan PAK bagi Penyuluh Pertanian Daerah Kabupaten/Kota.
  12.  Sekretariat Tim Penilai adalah Sekretariat yang dibentuk untuk membantu Tim Penilai Pusat, Tim Penilai Provinsi dan Tim Penilai Kabupaten/Kota sesuai tingkatannya dalam melakukan penilaian angka kredit Penyuluh Pertanian.
  13. Pendidikan dan Pelatihan Kedinasan di bidang penyuluhan pertanian adalah pendidikan dan pelatihan fungsional yang diberikan kepada penyuluh pertanian guna pelaksanaan tugas Penyuluh Pertanian.
  14.  Pendidikan formal di bidang non pertanian, angka kreditnya diperhitungkan sebagai unsur penunjang penyuluhan pertanian.
  15. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) di bidang pertanian adalah surat tamat pendidikan dan pelatihan yang diperoleh Penyuluh Pertanian setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional. 
  16. Programa Penyuluhan Pertanian adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman pelaksanaan penyuluhan serta sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan pertanian. 
  17.  Rencana Kerja Penyuluh Pertanian adalah jadwal kegiatan yang disusun oleh  Penyuluh Pertanian Terampil dan Penyuluh Pertanian Ahli berdasarkan programa penyuluhan pertanian setempat, yang mencantumkan hal-hal yang perlu disiapkan dalam berinteraksi dengan pelaku utama dan pelaku usaha pertanian.
  18. Materi Penyuluhan Pertanian adalah bahan dan alat bantu penyuluhan yang disusun oleh Penyuluh Pertanian dalam rangka pelaksanaan penyuluhan pertanian.
  19. Kartu Kilat (Flash Cards) adalah sejumlah kartu lepasan yang berisikan gambar, foto atau ilustrasi yang disajikan satu per satu menurut urutannya.
  20. Bahan Tayangan (transparansi dan powerpoint) adalah materi penyuluhan berupa lembaran yang digunakan pada OHP/LCD Projector, berisi tentang informasi di bidang pertanian yang dibuat secara manual atau menggunakan komputer. 
  21. Seri Photo adalah materi penyuluhan pertanian berupa rangkaian photo-photo yang disusun secara berurutan sehingga menjadi suatu cerita/proses kegiatan di bidang pertanian. 
  22. Folder adalah lembaran kertas lepas yang dilipat dua/tiga lipatan yang berisi pesan penyuluhan pertanian dalam bentuk tulisan dan gambar (foto/ilustrasi)
  23. Leaflet/Liptan lembaran kertas lepas yang tidak dilipat dua/tiga lipatan yang berisi pesan penyuluhan pertanian dalam bentuk tulisan dan gambar (foto/ilustrasi).
  24. Selebaran adalah sehelai kertas yang bisa dilipat, bergambar dengan kata-kata atau tidak bergambar yang mengandung pesan-pesan pembangunan pertanian. 
  25. Poster adalah lembaran kertas yang berisikan pesan penyuluhan pertanian dalam bentuk gambar dan tulisan sebagai salah satu media yang populer dan berguna untuk komunikasi visual, dengan sedikit kata yang jelas artinya, tepat pesannya, dan dapat dengan mudah dibaca dan dilihat.
  26. Flip Chart/Peta Singkap adalah lembaran-lembaran kertas yang berisi gambar dan tulisan yang disusun secara berurutan, bagian atasnya disatukan dengan spiral sehingga mudah disingkap.
  27. Brosur/Bukleet adalah buku dengan jumlah 8 - 20 halaman yang berisi uraian tentang suatu topik gagasan atau konsep pembangunan pertanian, yang disajikan dalam bentuk tulisan yang dilengkapi gambar, foto, tabel dan ilustrasi lainnya.
  28. Naskah Radio/TV/Seni Budaya/Pertunjukan adalah materi penyuluhan pertanian berupa suatu tulisan/naskah/skenario yang akan dibacakan/diperagakan/ tayangkan dalam siaran radio/TV/Seni Budaya/pertunjukan.
  29. Sound Slide adalah seri slide (film positif), merupakan kumpulan slide materi penyuluhan pertanian yang berurutan menjadi suatu cerita, kegiatan atau kejadian, disertai dengan komentar (suara) dan atau tulisan/teks dalam rekaman, yang pembuataannya diprogram dengan komputer, dan diputar melalui beberapa slide projector. 
  30. Film/Video/VCD/DVD adalah rangkaian cerita yang berisi materi penyuluhan pertanian dibuat dalam pita film dan diputar dengan proyektor film, atau pada pita video catridge yang diputar pada video player/VCD/DVD player.
  31. Pameran adalah kegiatan untuk memperlihatkan atau mempertunjukkan model, contoh, barang, peta, grafik, gambar, poster, benda hidup dan sebagainya secara sistematis pada suatu tempat tertentu, dalam rangka promosi.
  32. Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs yang biasanya terangkum dalam domain atau sub domain yang terdapat dalam world wide web (www) di internet. 
  33. Kunjungan tatap muka/anjangsana pada petani/kelompoktani/massal adalah metode penyuluhan pertanian langsung dengan mendatangi usahatani petani/kelompoktani/masyarakat pertanian dalam membantu mengidentifikasi dan atau pemecahan permasalahan usahatani serta sosialisasi program pembangunan pertanian.
  34. Uji coba lapang paket teknologi spesifikasi lokasi (kaji terap) adalah percobaan teknologi pertanian yang dilaksanakan oleh petani, sebagai tindak lanjut dari hasil pengkajian/pengujian teknologi anjuran, teknologi hasil galian petani atau dari berbagai sumber teknologi lainnya, untuk mendapatkan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan/lokasi petani. 
  35. Pengkajian/pengujian teknologi anjuran adalah kegiatan pengembangan penelitian sebelum dilakukan uji coba lapang (kaji terap) dari suatu teknologi hasil penelitian yang dilakukan dilahan percontohan.
  36. Demonstrasi cara adalah kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang cara penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani. 
  37. Demonstrasi hasil adalah kegiatan untuk memperlihatkan secara nyata tentang hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani atau teknologi lainnya yang sudah spesifik lokasi.
  38. Demonstrasi Plot yaitu demonstrasi yang dilaksanakan oleh perorangan. 
  39. Demonstrasi Farm yaitu demonstrasi yang dilaksanakan oleh kelompoktani. 
  40. Demonstrasi Area yaitu demonstrasi yang dilaksanakan oleh gabungan kelompoktani.
  41. Temu Lapang adalah kegiatan pertemuan antara peneliti, penyuluh dan para petani untuk saling tukar menukar teknologi/informasi sehingga didapatkan teknologi yang akan dikembangkan sesuai potensi wilayah.
  42. Temu Teknis antar Wilayah/fungsi disebut juga Temu Tugas adalah kegiatan pertemuan berkala antar Penyuluh Pertanian, atau antara Penyuluh Pertanian, peneliti dan aparat pengaturan dan pelayanan untuk meningkatkan pelayanan kepada petani dalam mengembangkan usahataninya. 
  43. Temu wicara adalah kegiatan pertemuan antara petani dengan pemerintah, untuk bertukar informasi mengenai kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan pertanian, serta partisipasi dan peran serta petani dalam pembangunan pertanian. 
  44. Temu Karya adalah kegiatan pertemuan antar petani, untuk bertukar pikiran dan pengalaman, saling belajar, saling mengajarkan keterampilan dan pengetahuan untuk diterapkan oleh petani.
  45. Temu Usaha adalah kegiatan pertemuan antar petani dengan pengusaha dibidang pertanian dalam rangka promosi, transaksi, perluasan pasar dan kemitraan.
  46. Widya Wisata adalah kegiatan perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompoktani dan penyuluh pertanian untuk belajar dengan melihat suatu penerapan teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya.
  47. Widya karya/karya wisata adalah kegiatan perjalanan bersama yang dilakukan oleh kelompoktani dan penyuluh pertanian untuk mempraktekkan hasil suatu pengajaran atau melakukan suatu karya bermanfaat di tempat yang dituju.
  48. Mimbar Sarasehan adalah kegiatan pertemuan sebagai forum konsultasi antara kelompoktani dengan pihak pemerintah/Pemerintah Daerah yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawarahkan dan menyepakati pemecahan berbagai permasalahan pembangunan pertanian.
  49. Kursus Tani adalah kegiatan proses belajar mengajar yang khusus diperuntukkan bagi petani dan keluarganya, yang diselenggarakan secara sistematis dan teratur, dan dalam jangka waktu tertentu. 
  50. Sekolah Lapangan adalah kegiatan proses belajar mengajar dengan partisipasi aktif, mencari dan menemukan fakta sendiri, menganalisa dan mendiskusikan diantara anggota kelompoktani sendiri, serta mengambil keputusan bersama bagaimana tindakan selanjutnya, dengan prinsip belajar berdasarkan pengalaman pada usahataninya yang dipandu oleh petani sendiri dan Penyuluh Pertanian.
  51. Kaji tindak adalah pengkajian masalah penyuluhan pertanian dengan melakukan kegiatan identifikasi masalah, penyusunan rencana kegiatan, serta melaksanakan tindak lanjut pemecahan masalahnya. 
  52. Perlombaan adalah kegiatan lomba usahatani untuk menumbuhkan persaingan diantara para petani/kelompoktani dalam mengejar suatu prestasi yang diinginkan. 
  53. Pengembangan Profesi adalah kegiatan pengembangan diri Penyuluh Pertanian melalui pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi, keterampilan peningkatan mutu dan profesionalisme Penyuluh Pertanian agar menghasilkan karya yang bermanfaat bagi pembangunan pertanian. 
  54. Pengembangan Swadaya dan Swakarya Petani adalah kegiatan yang dilakukan Penyuluh Pertanian untuk menumbuhkan, mengarahkan dan mengembangkan kemampuan para petani agar dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi secara mandiri. 
  55. Karya Tulis Ilmiah adalah tulisan pokok pikiran, pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran pemecahannya.
  56. Karya Tulis/Karya Ilmiah Hasil Pengkajian adalah tulisan hasil kajian/penelitian atau pengembangannya yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran pemecahannya. 
  57. Karya Tulis/Karya  Ilmiah Hasil Gagasan Sendiri adalah tulisan hasil pokok pikiran, yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran pemecahannya. 
  58. Karya Tulis Ilmiah Populer adalah tulisan hasil penelitian/pengembangan/ pokok yang ditulis secara padat, dengan kalimat yang mudah dimengerti, dipahami, menarik untuk dibaca dan umumnya untuk konsumsi masyarakat umum.
  59. ISSN singkatan dari International Standart Serial Number (karya tulis ilmiah yang di muat dalam terbitan yang berseri dan dipublikasikan dalam majalah, bulettin, journal, tabloid, dll).
  60. ISBN singkatan dari International Standart Book Number (karya tulis ilmiah yang di muat dalam bentuk buku tidak berseri dan dipublikasikan).
  61. Tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri  (makalah) adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok yang membahas suatu pokok persoalan berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-obyektif dibidang pertanian. 
  62. Pertemuan Ilmiah adalah pertemuan yang dilaksanakan untuk membahas suatu masalah yang didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. 
  63. Saduran adalah naskah yang disusun berdasarkan tulisan orang lain yang telah diubah dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlaku tanpa menghilangkan atau merubah gagasan asli.
  64. Terjemahan adalah naskah yang berasal dari tulisan orang lain yang dialihbahasakan.
  65. Penulis Utama adalah seseorang yang memprakarsai penulisan, pemilik ide tentang rancangan penulisan karya tulis ilmiah, pembuat pokok-pokok tulisan, pembuat outline, penyusunan konsep serta pembuatan konsep akhir dari tulisan tersebut.
  66. Penulis Pembantu adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada penulis utama dalam hal mengumpulkan, mengolah dan menganalisa data, serta menyempurnakan konsep. 
  67. Konsultasi di bidang pertanian adalah kegiatan memberikan saran, pendapat, dan rekomendasi di bidang pertanian kepada institusi atau perorangan yang hasilnya dalam bentuk tulisan bersifat konsep. 
  68. Seminar adalah pertemuan ilmiah untuk membahas/memecahkan masalah tertentu di bidang pembangunan pertanian guna memperoleh kesimpulan.
  69. Lokakarya adalah pertemuan untuk membahas masalah di bidang pembangunan pertanian guna memperoleh hasil yang perlu ditindak lanjuti.
  70. Tanda Jasa/Penghargaan adalah tanda kehormatan yang diberikan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, Negara Asing atau organisasi ilmiah nasional/regional/internasional yang diakui oleh masyarakat ilmiah.
  71. Penyuluh Pertanian Teladan adalah tanda kehormatan yang diberikan kepada penyuluh pertanian oleh pemerintah dan pemerintah daerah atas prestasi kerja di bidang penyuluhan pertanian yang diperoleh melalui proses seleksi (penilaian) dari setiap tingkatan pemerintahan yang diselenggarakan oleh lembaga penyuluhan pertanian pemerintah.
  72. Organisasi Profesi adalah organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan etika profesi di bidang penyuluhan pertanian.
 Sumber : Permentan Nomor : 35/Permentan/OT.140/7/2009