08 June 2013

MEMILIH CONTENT MATERI DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN YANG SESUAI


MEMILIH CONTENT MATERI DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN YANG SESUAI

A. Content Materi

            Masalah materi penyuluhan yang sesuai sangatlah penting dalam proses penyuluhan, sebagian besar kinerja sistem penyuluhan tergantung pada kesesuaian pesan yang disampaikan. Semakin sesuai pesan yang disampaikan, akan makin baik hubungan antara penyuluh dan sasaran serta program penyuluhan pertanian lebih mungkin akan didukung. Materi penyuluhan yang cocok untuk satu keluarga petani mungkin tidak sesuai untuk keluarga tani yang lain, meskipun kedua keluarga berusaha dalam zona agroekologi yang sama, atau teknologi apa yang cocok untuk satu wilayah mungkin tidak sesuai untuk wilayah lainnya.    Mengingat argumen di atas, maka kesesuaian materi penyuluhan harus didefinisikan dalam lingkup :
  1. Secara teknis layak atau dapat dilaksanakan (Technically feasible) 
  2. Layak secara ekonomi (Economically feasible) 
  3. Sesuai dengan kondisi sosial masyarakat (Socially acceptable) 
  4. Aman bagi lingkungan dan berkelanjutan (Environmentally safe and sustainable)
A.1. Secara Teknis Layak Dilaksanakan
            Teknologi yang memiliki kelayakan secara teknis harus dipandang dari dua perspektif, yaitu :
  1. Kemampuan petani untuk menghasilkan komoditas dalam lingkungan mereka, pada ini harus dibedakan antara teknologi yang hanya efektiv berlaku pada kondisi sistem produksi tertentu dan teknologi yang dapat berlaku efektiv  pada semua kondisi (teknologi scaleneutral) sistem produksi pertanian; 
  2. Apa yang dapat keluarga tani capai, bukan apa yang bisa dicapai di stasiun penelitian, pada perspektif  ini haruslah dibedakan antara potensi teknologi dan kelayakan teknis. Potensi teknologi adalah output teruji teknologi tertentu dan tergantung pada faktor-faktor agronomi terkontrol. Sedangkan kelayakan teknis adalah apa yang dapat dicapai dalam lingkungan holistik dari keluarga petani, ini tidak terbatas hanya pada faktor teknis saja, tetapi juga untuk faktor sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi keluarga petani.
            Dalam kondisi dimana lingkungan usaha tani petani kecil berbeda dari lingkungan dimana sebuah teknologi dikembangkan, maka tak heran jika produksi petani tidak dapat menyamai potensi produksi teknologi. Dalam situasi seperti ini maka yang terpenting dalam penerapan teknologi adalah bukan pada seberapa tinggi potensi hasil teknologi tersebut akan tetapi seberapa cocok teknologi tersebut diterapkan pada kondisi nyata lingkungan usaha petani. Jika teknologi cocok untuk diterapkan dalam kondisi yang ada maka barulah sebuah teknologi tersebut dikatakan layak secara teknis.

A.2.  Layak Secara Ekonomi
            Kemampuan petani untuk menerapkan teknologi atau paket teknologi ke dalam sistem pertanian memiliki implikasi ekonomi, dalam hal ini terkait sumber daya manusia dan sumber daya keuangan harus menjadi pertimbangan. Apakah petani memiliki sumber daya keuangan untuk membeli input untuk mendapatkan manfaat dari teknologi? Apakah teknologi ini memerlukan tenaga kerja tambahan, dan jika demikian, apakah tersedia dan terjangkau? Beberapa teknologi Revolusi Hijau gagal diadopsi karena beberapa pengguna teknologi tidak bisa membeli pupuk dan input lainnya yang membentuk bagian dari paket teknologi.
            Kelayakan ekonomi juga dapat dilihat dari sudut pandang fungsi dalam sistem pertanian. Beberapa petani kecil pisang di Kepulauan Windward dari Karibia Timur terus saja menanam pisang, meskipun mereka telah disarankan agar tidak melakukannya. Alasan saran ini adalah bahwa, antara lain, erosi tanah di lereng sangat curam dimana petani kecil menanam pisang dengan hasil yang rendah sehingga membuat usaha budidaya pisang secara ekonomis tidak menguntungkan. Namun, mereka berpendapat bahwa budidaya pisang memungkinkan mereka untuk memiliki akses ke input yang dapat mereka gunakan untuk meningkatkan profitabilitas tanaman lainnya dalam sistem pertanian mereka, sehingga membuat sistem pertanian secara keseluruhan menguntungkan. Dengan demikian, budidaya tanaman pisang dalam sistem ini dipandang oleh para petani tersebut sebagai "fasilitator" tanaman dan bukan untuk keuntungan ekonomi semata. Untuk petani, produksi pisang secara ekonomis dipandang layak dalam sistem pertanian mereka.

A.3.  Sesuai Kondisi Sosial Masyarakat
            Secara teknis suatu teknologi mungkin bermanfaat dan handal, akan tetapi mungkin bertentangan dengan norma-norma sosial dari pengguna akhir teknologi tersebut atau bahkan menyebabkan ketidakseimbangan sosial. Misalnya, di Zaire, upaya untuk meningkatkan produksi singkong dibatasi oleh ketidakmampuan perempuan disana untuk menangani peningkatan hasil. Dengan diperkenalkannya varietas singkong baru terjadi peningkatan hasil secara signifikan, dengan adanya peningkatan hasil tersebut beban kerja perempuan disana makin meningkat sejalan peningkatan hasil tersebut. Sehingga secara fisik tidak mungkin lagi bagi mereka untuk menanganinya. Sebagai Akibatnya, keluarga petani kembali ke budidaya varietas lokal, yang hasilnya lebih rendah.
            Sehubungan dengan ketidakseimbangan sosial, dalam beberapa kasus adopsi teknologi oleh kelompok-kelompok kecil individu telah menghasilkan pergeseran kekuatan hubungan dalam masyarakat. Sebagai contoh, Campbell (1982) menemukan bahwa di dataran tinggi Ardeche, Prancis, orang dari antara kelompok petani yang mengadopsi traktor dan peralatan mekanis adalah mereka yang menantang struktur walikota keluarga-linked yang ada.
            Dalam konteks sosial, ada juga apa yang dapat disebut kesesuaian situasional, yaitu, apa yang paling mungkin untuk diterima atau ditolak oleh kelompok pada waktu tertentu. Misalnya, tidak bijaksana untuk memperkenalkan program penyuluhan dengan tanaman atau komponen ternak yang baru-baru mengalami kegagalan pasar, karena petani akan mengingat kegagalan tersebut dan cenderung menolak program-program tersebut.

A.4. Aman bagi Lingkungan
            Sebuah program penyuluhan pertanian harus sadar akan efek yang akan terjadi pada lingkungan. Komersialisasi hasil pertanian telah meningktakan penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian secara berlebihan. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar bahan kimia memiliki efek negatif pada lingkungan karena dapat mencemari air tanah dan dapat mengganggu rantai makanan. Misalnya, burung yang memakan serangga terkena bahan kimia dapat menjadi terkontaminasi dan bisa mati.

B.  Sasaran Penyuluhan Pertanian

            Sasaran penyuluhan harus didefinisikan dalam konteks kerangka kebijakan pertanian. Kerangka ini harus memberikan batas-batas untuk memilih, dari kalangan kategori pengguna yang lebih luas, kelompok tertentu yang menjadi sasaran. Mengingat lingkup pembangunan pertanian saat ini, kerangka kerja seharusnya tidak hanya berbicara tentang petani kecil generik, tapi harus secara khusus menyatakan kelompok - perempuan, pemuda, buruh tani, atau kategori lain yang khusus untuk situasi yang sedang dipertimbangkan. Swanson, Roling, dan Jiggins (1984) menyebutkan terdapat empat faktor utama pertimbangan  pengembangan teknologi tepat guna di antara kelompok sasaran penyuluhan yaitu : faktor zona agroekologi, akses ke sumber daya, jenis kelamin, dan usia serta kelompok etnis.

B.1.  Zona Agroekologi
            Langkah pertama dalam mengidentifikasi teknologi tepat guna bagi sasaran penyuluhan adalah untuk memetakan wilayah tersebut menjadi zona agroekologi. Pemetaan memungkinkan untuk identifikasi variabel agronomis seperti jenis tanah, curah hujan, kemiringan, dan ketinggian, yang akan mempengaruhi perkembangan teknologi spesifik lokasi.

B.2.  Akses ke Sumber Daya
            Dalam setiap zona, akan ada berbagai macam petani karena faktor sosial ekonomi. Faktor-faktor ini menjelaskan perbedaan yang ada dalam hal akses ke faktor-faktor yang memfasilitasi produksi yaitu : lahan, tenaga kerja, modal, pasar, masukan, kepemilikan, dan informasi. Faktor-faktor ini mempengaruhi petani untuk mengadopsi beberapa jenis inovasi. Swanson et al. (1984) memberikan ringkasan faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan teknologi yang tepat untuk sasaran penyuluhan : 
  1. Ukuran lahan (Land) : kecil, menengah, besar, jenis kepemilikan lahan: petani pemilik, tanah keluarga, penyewa atau bagi hasil; 
  2. Pengairan (Water) : Irigasi, non irigasi; 
  3. Buruh (Labour) : Keluarga, disewa (biaya dan ketersediaan), komunal, atau adat; 
  4. Input (Inputs) : Ketersediaan benih unggul, bahan kimia pertanian, pupuk; 
  5. Pasar (Markets) : Lokasi, ketersediaan penyimpanan dan transportasi; 
  6. Modal (Capital) : Sumber dan biaya kredit, jenis agunan yang dibutuhkan, dan kemudahan memperoleh kredit; 
  7. Informasi (Information) : Ketersediaan penyuluhan (pekerja rasio petani), kesesuaian teknologi; 
  8. Pengaruh (Influence) : Kemampuan untuk mempengaruhi perkembangan teknologi, transfer teknologi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna seperti kontrol pengguna, klaim-membuat kapasitas.
B.3.  Jenis Kelamin
            Peran perempuan dalam produksi pertanian kini menjadi topik isu. Beberapa studi telah mendokumentasikan kontribusi perempuan baik di sektor ekonomi dan nonekonomi. Namun, dari kenyataan ini perlu ada gerakan untuk aplikasi praktis dalam hal pengembangan dan masuknya teknologi tepat guna bagi perempuan dalam program penyuluhan. Dengan demikian, harus dipertimbangkan bahwa akses perempuan ke sumber daya dan teknologi yang efektif sering terkendala oleh hambatan perbedaan gender (Feldstein & POATS, 1989). Pengakuan juga harus diberikan kepada fungsi khususnya perempuan dilakukan dalam sistem pertanian dan jadwal kerja mereka dalam lingkungan keluarga tani. Umumnya, perempuan memainkan peran yang lebih besar dalam produksi tanaman pangan dari tanaman-berorientasi ekspor, dan dalam sistem tanam mereka melakukan tugas-tugas tertentu, misalnya, penyiangan, pemupukan, dan panen. Faktor-faktor ini harus dipertimbangkan dalam mengembangkan teknologi yang tepat untuk mengatasi hambatan perbedaan gender dalam lingkungan pertanian.

B.4.  Umur
            Di kebanyakan negara berkembang, sektor pertanian merupakan sektor penting, bahkan menjadi sektor yang paling penting. Proporsi signifikan kegiatan pertanian berlangsung di pedesaan dimana 20-80% penduduknya hidup dipedesaan. Kondisi ini biasanya ditandai dengan tingkat pendidikan yang rendah, ketrampilan rendah, terbatasnya kesempatan kerja, dan keinginan yang kuat dari orang-orang muda untuk meninggalkan desa.
             Penyuluhan pertanian harus mempertimbangkan faktor usia sebagai karakteristik penting untuk penargetan tidak hanya dari sudut pandang pemuda tetapi kategori usia lainnya. Petani biasanya dianggap orang yang berstatus rendah karena rendahnya tingkat teknologi yang digunakan dan kapasitas penghasilan yang rendah. Program penyuluhan harus bertujuan untuk meningkatkan baik tingkat teknologi yang digunakan maupun kapasitas penghasilan. Jika ini bisa dilakukan, maka ada kesempatan baik bahwa orang-orang muda akan tetap mau tinggal di desa dan bertani. Cara lain untuk mencapai tujuan di atas juga yang dapat dilakukan misalnya, melalui program pendidikan yang memberikan keterampilan untuk menjadi wiraswasta, hal ini dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah tingginya minat migrasi penduduk ke kota. Ini pada gilirannya dapat mendorong kepala rumah tangga untuk berinvestasi lebih di bidang pertanian, yang kemudian akan cenderung mendorong para pemuda untuk tetap bertani dan tinggal di desa. Campbell (1982), bekerja di antara masyarakat pedesaan di Perancis, menemukan bahwa adopsi teknologi baru oleh kepala rumah tangga merupakan  sarana yang dapat memotivasi para pemuda untuk tetap tinggal di desa-desa. Di kebun di mana suksesi dijamin, hampir selalu ada tingkat adopsi teknologi yang lebih tinggi.

B.5.  Etnis Grup
            Dalam masyarakat multiras, kelompok etnis harus ditargetkan terpisah karena karakteristik sosial dan budaya yang berbeda. Bahasa, jenis makanan, dan agama adalah beberapa karakteristik etnis. Dalam hal dimana terdapat kelompok etnis berbeda di wilayah kerja penyuluhan pada wilayah atau zona yang sama, program penyuluhan harus mencerminkan perbedaan ini.

C.  Memasukkan Kebutuhan Sasaran Dalam Program Penyuluhan

            Rapid Rural Appraisal (RRA) dapat digunakan dalam penelitian dan penyuluhan untuk menyediakan data agroekologi, biologi, dan sosial ekonomi untuk mengidentifikasi masalah dan peluang untuk sasaran penyuluhan. Untuk pemanfaatan yang efektif, kebutuhan harus dikategorikan berdasarkan jenis kebutuhan, yaitu, apakah berbentuk kebutuhan material, kebutuhan berbasis pengetahuan, atau kebutuhan dukungan infrastruktur. Sangat penting memastikan apa sebenarnya kebutuhan prioritas sasaran sebelum menyusun program penyuluhan pertanian.
            Ttransfer teknologi yang tepat tidaklah cukup untuk memastikan bahwa teknologi tersebut akan diadopsi. Menerapkan teknologi ke dalam sistem pertanian yang ditargetkan dapat dibatasi oleh variabel lain yang membutuhkan pertimbangan melalui proses mengidentifikasi. Misalnya, penggunaan nematicide dapat meningkatkan hasil komoditi dengan menghancurkan nematoda berbahaya, sehingga meningkatkan serapan hara dan hasil tanaman. Namun, karena nematoda adalah organisme mikroskopis, kehadiran mereka di tanah sangat dibutuhkan namun fungsi tersebut mungkin tidak begitu jelas bagi para petani yang tidak memiliki pengetahuan untuk memahami mikroorganisme. Untuk itu penngetahuan tentang suatu teknologi sangat penting disampaikan untuk meningkatkan peluang teknologi untuk diadopsi.
            Ada juga kasus di mana teknologi yang tepat tidak diterima karena input tidak tersedia. Hal ini menunjukan bahwa sangatlah penting mengidentifikasi kebutuhan pengguna secara luas yaitu pengetahuan, sikap, keterampilan, kebutuhan ekonomi, dan dukungan kelembagaan terkait.

D.  Pelaksanaan program Penyuluhan

            Sejumlah pendekatan yang berbeda dapat digunakan untuk melaksanakan dan menyampaikan  program penyuluhan. Pendekatan yang dipilih oleh kelembagaan penyuluhan harus mencerminkan misi yang ditentukan sebagai diartikulasikan oleh para pembuat kebijakan, tetapi juga mungkin dipengaruhi oleh lembaga donor. Dalam analisis akhir, jenis pendekatan yang digunakan akan tergantung terutama pada pertimbangan kebijakan, termasuk sasaran yang akan dilayani, misi penyuluhan, dan pertimbangan keuangan. Selain itu, jenis pendekatan yang diikuti secara langsung akan mempengaruhi bagaimana program yang akan disampaikan di tingkat lapangan.
            Pelaksanaan penyuluhan dilapangan terkait dengan kesesuaian isi materi penyuluhan (content) digunakan dalam pendekatan yang berbeda, Albrecht et al. (1989) berpendapat bahwa semua pendekatan penyuluhan dapat diklasifikasikan dalam dua pendekatan yaitu pendekatan teknologi produksi (production technology approaches) dan pendekatan pemecahan masalah (problem-solving approaches). Pendekatan teknologi produksi cenderung menekankan pada pencapaian target produksi tinggi dari sasaran, teknologi yang digunakan dalam pendekatan ini lebih peduli dengan isu-isu produksi daripada mengatasi masalah yang dihadapi oleh sasaran. Timmer (1982) mengatakan bahwa pendekatan ini diarahkan untuk menghasilkan informasi technoeconomic dan mendukung petani besar  yang lebih komersial. Sedangkan bagi para petani kecil karena situasi yang kurang beruntung tidak menerima manfaat penuh dari pendekatan ini. Pendekatan komoditas-terfokus dan pendekatan teknologi yang berpusat adalah contoh pendekatan teknologi produksi.
            Dalam pendekatan pemecahan masalah, sasaran berpartisipasi dalam mendefinisikan masalah mereka. Meskipun pendekatan ini menggunakan informasi technoeconomic, pertimbangan sosial ekonomi dari sasaran sangat menonjol sebagai isu penting. Bagi petani kecil, hal ini memungkinkan untuk pengembangan konten yang lebih tepat. Pelatihan dan kunjungan, dan RRA termasuk dalam kategori ini. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, sasaran penyuluhan adalah kelompok yang heterogen, orang dibedakan oleh sumber daya, jenis kelamin, usia, dan etnis. Teori komunikasi menunjukkan bahwa efek trickle down inovasi pertanian jarang terjadi di antara kelompok-kelompok yang heterogen, dan kalaupun terjadi, itu akan terjadi dengan kecepatan yang sangat lambat. Mengingat hal ini maka sangat penting untuk mengidentifikasi kesamaan-kesamaan kategori dalam kelompok sasaran untuk memfasilitasi transfer teknologi yang efektif.
            Oleh karena itu perlu strategi untuk mengembangkan kelompok sasaran yang homogen untuk program sasaran penyuluhan. Kelompok-kelompok sasaran ini harus dilakukan dalam kelompok-kelompok yang lebih luas yang sudah sudah ditetapkan, yaitu, zona agroekologi, akses ke sumber daya, perempuan, pemuda, etnis, akses informasi, dan usia. Untuk itu program penyuluhan harus dikembangkan untuk setiap kategori yang ditargetkan (Swanson et al., 1984). Misalnya, program khusus harus dikembangkan untuk wanita yang mengakui pentingnya mereka dalam sektor pertanian, mempertimbangkan jaringan komunikasi informal mereka, dan menganalisa jadwal kerja pertanian mereka. Dalam kasus program yang diarahkan pada kelompok etnis, usaha harus ditargetkan pada faktor sosial budaya yang membedakan kelompok. Bahasa, preferensi makanan, dan keyakinan agama adalah salah satu poin penting yang harus dipertimbangkan. Selain itu, penyuluh dalam program penyuluhan haruslah berpegang pada prinsip-prinsip proses belajar dan pengetahuan tentang proses difusi.

E.  Metode Penyuluhan

            Penyuluhan pertanian sebagai proses pendidikan non formal, penyuluh harus diingatkan bahwa di atas semua fungsi yang diemban mereka adalah seorang pendidik, dan dalam mengejar fungsi itu, penyuluh perlu memahami prinsip-prinsip dasar belajar dan memahami efektivitas beberapa metode pengajaran. Belajar difasilitasi oleh penggunaan indera. Semakin banyak indera yang digunakan, semakin cepat terjadinya proses pembelajaran. Penggunaan prinsip ini akan membantu penyuluh dalam memilih metode yang akan memberikan pengalaman pendidikan bagi sasaran mereka. Hal ini akan dicapai melalui pengaturan lingkungan dan penataan situasi sehingga mampu merangsang jenis reaksi yang diinginkan. Belajar juga dikondisikan oleh motivasi dan kemampuan sasaran sebagai peserta didik,. Sehingga penting untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk proses belajar, di mana sasaran sebagai peserta didik menjadi lebih bertanggung jawab atas hasil dari pengalaman mereka. Hal ini dapat dicapai melalui pemilihan metode pengajaran dan alat bantu penyuluhan yang tepat. Semakin sedikit abstrak dalam sebuah metode, semakin banyak pelajar yang akan berpartisipasi, dan akan lebih efektif menjadi pengalaman pendidikan. Misalnya saja, jika petani belum dapat melakukan suatu kegiatan secara efektif, maka akan jauh lebih efektif untuk menggunakan metode demonstrasi daripada metode ceramah.
            Pertimbangan penting lainnya dalam memilih metode penyuluhan yang sesuai adalah pemahaman tentang proses adopsi. Lionberger (1968) berpendapat bahwa proses adopsi terdiri dari lima tahap yang berbeda: kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan adopsi. Menurut Lionberger, individu dalam proses adobsi melewati setiap tahap dalam jangka waktu tertentu. Lionberger  telah menunjukkan bahwa tahap-tahap ini tidak begitu berbeda ketika ia pertama kali diusulkan dan bahwa beberapa tahap dapat menjadi kental dalam proses kognitif individu, sehingga membuat mereka dikenali sebagai perilaku yang dapat diukur dari waktu ke waktu.
            Meskipun, dalam beberapa kasus, langkah-langkah dalam proses adopsi mungkin tidak dikenali, namun model tersebut memberikan pedoman yang berguna untuk memilih metode penyuluhan dalam penyampaian program. Misalnya, pada tahap kesadaran, pengetahuan inovasi sangat penting untuk individu. Penggunaan media massa merupakan metode yang dianjurkan karena mereka dapat menjangkau banyak orang pada saat yang sama. Dalam menggunakan media massa, penyuluh harus memperhatikan karakteristik khalayak sasaran yang ditargetkan. Misalnya, dalam masyarakat multiras, sebuah kelompok etnis dengan bahasa khusus mungkin memerlukan pemrograman dalam bahasa tersebut. Metode lain, teater populer, meskipun menjangkau khalayak hanya lebih kecil, adalah sarana yang sangat efektif untuk membangun kesadaran karena menggunakan bahasa populer dan irama rakyat dalam menyajikan konten untuk pemirsanya.
            Pada tahap kepentingan proses adopsi, pengetahuan merupakan hal yang sangat penting, akan tetapi membangun sikap positif terhadap inovasi juga menjadi masalah penting. Untuk alasan ini, metode penyuluhan yang digunakan haruslah mencakup penguatan informasi dan membangun sikap sebagai tujuan utama. Metode yang digunakan harus menggunakan indera pendengaran dan penglihatan, baik secara individual maupun kolektif. Pertemuan kelompok, diskusi kelompok, dan forum radio merupakan metode yang direkomendasikan untuk memperkuat pengetahuan, sementara metode temu lapang dan karyawisata akan memungkinkan sasaran untuk melihat apa yang telah mereka dengar, sehingga memberikan kesempatan untuk membangun sikap yang diinginkan terhadap inovasi tersebut.
            Evaluasi adalah tahap yang paling penting dalam proses adopsi, karena hasilnya biasanya akan menentukan apakah seseorang melanjutkan inovasi ke tahap percobaan dan adopsi inovasi atau tidak. Pada tahap evaluasi, orang harus mencocokkan pengetahuan terhadap fakta-fakta. Petani harus yakin bahwa apa yang mereka dengar dan lihat memang bisa diterapkan. Hasil demonstrasi, pertukaran petani, dan temu lapang dianjurkan karena metode ini memungkinkan individu untuk memperkuat keinginan adobsi mereka dengan melihat bukti nyata yang ada. Dalam kelompok metode ini, pertukaran petani merupakan metode yang sangat penting. Dalam memilih petani untuk pertukaran haruslah petani yang lebih maju dalam proses adopsi dan dalam kelompok referensi yang sama sebagai petani yang mengunjungi. Dengan adanya pengalaman yang dilihat memungkinkan untuk menghilangkan keraguan-raguan dalam mengadobsi inovasi. Beberapa pelatihan keterampilan mungkin diperlukan pada tahap ini untuk memfasilitasi dan mendorong perkembangan individu ke tahap pengambilan keputusan mengenai inovasi.
            Pada tahap uji coba, keterampilan teknis dan manajemen petani harus menjadi faktor utama yang akan ditargetkan. Kunjungan perorangan menjadi metode yang paling tepat pada tahap ini, dan kebutuhan individu petani haruslah dipertimbangkan. Ini berarti bahwa penyuluh harus mengembangkan rencana untuk setiap keluarga tani atau kelompok petani dalam situasi yang sama. Penyuluh harus ingat bahwa, meskipun petani mengadopsi teknik serupa yang mirip, masalah yang dialami tidak selalu sama. Pada tahap ini, metode untuk memperkuat minat petani dengan menggunakan pertukaran petani dan pelatihan keterampilan dapat berguna dalam membantu individu untuk terus mengadopsi.
            Setelah petani mulai mengadopsi inovasi, penyuluhan harus terus mendukung upaya mereka. Program pengenalan dan persaingan petani dapat digunakan untuk mendorong petani untuk terus mengadopsi. Tujuan dan kriteria untuk metode ini harus hati-hati dikembangkan agar tidak membawa efek negatif karena perencanaan yang buruk akan berakibat pada pelaksanaan yang buruk pula.
          Metode yang direkomendasikan untuk berbagai tahap adopsi diringkas dalam Gambar 1. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari metode yang dipilih pada tahapan yang berbeda, penyuluh harus membawa menanggung pemahaman mereka tentang proses pembelajaran. Misalnya, dalam pertemuan kelompok penyuluh dapat menggunakan metode ceramah, yang didukung dengan video, dan diikuti dengan diskusi kelompok.


          Dalam analisis akhir, metode yang dipilih akan tergantung pada tujuan, sumber daya, hubungan klien, dan keterampilan penyuluh di satu sisi, dan pada tingkat pendidikan dan ukuran kelompok sasaran di sisi lain. Misalnya, jika penyuluh tidak memiliki kemampuan untuk mengatur dan memfasilitasi pertemuan kelompok, maka penyuluh akan menghindar dari penggunaannya. Atau jika penyuluh tidak memiliki kendaraan, maka penyuluh mungkin tidak dapat untuk melakukan kunjungan pertanian sesering mungkin yang diinginkan atau dibutuhkan. Juga, jika konstituensi petugas penyuluhan ini sangat besar, maka mungkin menjadi tidak praktis bergantung terlalu banyak pada kunjungan individu.
            Sebagai panduan dalam pemilihan metode penyuluhan, Van Den Ban dan Hawkins (1985) memberikan kriteria untuk menilai penggunaan metode yang sesuai :
  1. Apakah metode yang dipilih sesuai dengan perubahan yang diinginkan dari pengetahuan, keterampilan, sikap, atau perilaku? 
  2. Apakah kegiatan pendidikan jelas ditetapkan sehingga dapat diketahui apakah petani akan melihat, mendengar, mendiskusikan, dan melaksanakan? 
  3. Apakah metode yang berbeda terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat saling memperkuat satu sama lain? 
  4. Apakah skala waktu yang direncanakan memungkinkan untuk melaksanakan semua kegiatan ini dengan baik? 
  5. Ketika memilih kegiatan belajar, penyuluh memiliki cukup dipertimbangan akan kebutuhan, keterampilan, dan sarana kelompok sasaran?

Sumber : disadur dari : Dunstan A. Campbell and St. Clair Barker, 2013  Selecting appropriate content and methods in programme delivery” FAO