Post-Then-Pre Evaluation
Bagaimana
cara sederhana dan mudah melakukan evaluasi namun hasilnya handal dan valid
untuk mengukur dampak penyuluhan?
Pertanyaan ini sering ditanyakan oleh para penyuluh.
Metode “post-then-pre evaluation” merupakan
satu metode evaluasi yang ditawarkan sebagai salah satu
solusi untuk mendokumentasikan perubahan prilaku sasaran penyuluhan. Pengembangan
instrumen, pengumpulan data dan analisis data relatif
mudah dilaksanakan. Dalam menunjukan dampak program dapat memberikan hasil yang
kredibel meskipun dalam proses “post-then-pre
evaluation” tampaknya tidak lazim karena dilakukan
secara terbalik.
Masalah Pada Pendekatan Biasa Pre test & Post Test
Dalam
penyuluhan, pendekatan khas evaluasi pretest-posttest
telah lazim digunakan untuk menilai perubahan perilaku. Namun, dalam beberapa
jenis laporan evaluasi penyuluhan, perbandingan hasil penilaian pretest-posttest dampak penyuluhan
sesuai tujuan instruksional sering tidak akurat. Hal ini terjadi karena peserta
memiliki pengetahuan terbatas pada awal program penyuluhan sehingga mereka tidak
dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan mengenai perilaku dasar
mereka. Pada akhir program, pemahaman baru mereka terhadap isi program mungkin
berdampak terhadap respons mereka pada penilaian sendiri. Jika pretest digunakan pada awal program, peserta
tidak memiliki cara untuk memperbaiki jawaban pada akhir program jika mereka
membuat penilaian tidak akurat pada pretest
sebelumnya.
Masalahnya kemudian adalah bahwa pada pretest yang diberikan pada awal
program penyuluhan mungkin tidak valid karena peserta memiliki pengetahuan yang
terbatas dalam memberikan jawaban terhadap pertanyaan
yang ditanyakan pada pretest. Sebagai contoh S. Kay Rockwell (2013) memberikan contoh
pertanyaan pretest berikut ini : "Apakah
anda memasukan salah satu makanan kaya vitamin C dalam
diet Anda sehari-hari?" Untuk menjawab pertanyaan seperti
ini secara tepat, harusnya responden memiliki pengetahuan akan makanan apa saja
yang kaya akan kandungan vitamin C. Bagi peserta yang tidak tau makanan apa
saja yang mengandung vitamin C, mungkin mengira bahwa makanan yang selama ini di
makan sehari-hari mengandung vitamin C, jadi mungkin saja akan memilih
alternatif jawaban “Sering” pada pretest.
Sekarang anggaplah peserta telah meningkatkan asupan
vitamin C dalam diet sehari-hari mereka sebagai hasil dari program penyuluhan.
Pada posttes yang bertujuan untuk
mengukur perubahan perilaku peserta melaporkan tingkat asupan vitamin C yang
sama seperti yang dilaporkan pada pretest
yaitu “Sering”. Pada tingkat posttest
sudah tepat, akan tetapi
masalahnya adalah jawaban pada pretest
yang menyatakan “Sering” hanya atas dasar asumsi tanpa mengetahui jenis makanan
yang mengandung vitamin C (karena kurangnya pengetahuan peserta), maka hasil yang
akan muncul dalam evaluasi penyuluhan adalah tidak terjadi perubahan prilaku
peserta antara pretest dan posttest. Hasil evaluasi yang demikian membuat
program penyuluhan tampaknya tidak berpengaruh pada perubahan perilaku, padahal
dalam kenyataannya, program ini secara signifikan telah meningkatkan asupan
vitamin C dalam diet sehari-hari mereka.
Mengoreksi Masalah
Pre-Posttes
Dengan
desain posttest kemudian pretest (Post-then-pretest) akan memperbaiki
masalah ini. Masalahnya ditangani dengan cara tidak memberikan pretest pada awal program penyuluhan.
Namun kemudian, pada akhir program, peserta menjawab
dua pertanyaan sekaligus. Pertanyaan pertama
tentang perilaku sebagai hasil dari program penyuluhan. Ini adalah bentuk pertanyaan posttest. Kemudian peserta juga diminta
untuk memberi pernyataan apa perilaku mereka sebelum program penyuluhan.
Pertanyaan kedua ini bentuk pertanyaan pretest, tetapi pertanyaan itu ditanyakan
setelah program penyuluhan ketika peserta memiliki pengetahuan yang cukup untuk
menjawab pertanyaan. Itulah sebabnya maka pendekatan
ini disebut “posttest kemudian pretest” (Post-then-pretest).
Contoh
1 menggambarkan kedua pendekatan tradisional pre-than-post untuk contoh vitamin C dan pendekatan post-than-pre. Pada contoh
pre-than-post, peserta memberikan
pernyataan yang salah dengan menjawab "sering" mengonsumsi makanan
yang kaya vitamin C pada pretest
ketika jawaban yang akurat seharusnya "jarang." Jawaban posttest valid "sering." Dengan pendekatan pre-than-post,
Contoh 1 menunjukkan tidak ada perubahan perilaku. Akan tetapi, dengan pendekatan post-than-pre, perubahan perilaku dapat ditunjukkan karena tanggapan
pada pretest adalah
"jarang" dan tanggapan pada posttest
adalah "sering."
Tabel 1. Contoh
Perbandingan Score Evaluasi “Pre-Post” dan “Post-then-Pre”
Hasil evaluasi “Tingkat
asupan Vitamin C dalam makanan” dengan metode “pre-post” dan metode “post-then-pre”:
Pre-post :
o Pre score= Sering (4)
o
Post score=
Sering (4)
Post-than-pre :
o Post score= Sering (4)
o
Retrospective
pre score (then)= Jarang (2)
|
Tabel 2. Contoh Instrumen
Evaluasi “Post-then-Pre”
Contoh sederhana
instrumen metode evaluasi “post-then-pre”:
1 : Hampir tidak pernah, 2 : Jarang, 3 :
Kadang-kadang, 4 : Sering, 5 : Hampir selalu
|
Dengan
pendekatan “post-then-pre evaluation” memungkinkan
untuk mengukur perubahan pengetahuan sasaran dengan menilai perubahan
pengetahuan setelah mengikuti program penyuluhan (posttest), dan kemudian menilai bagaimana mereka melihat perilaku
yang sama sebelum mengikuti program penyuluhan (pretest). Retrospektif pretest pada akhir dari program penyuluhan akan lebih
akurat karena itu dijawab dalam frame referensi yang sama sebagai posttest. Dengan demikian, maka masalah apa yang disebut "response-shift bias" dalam penilaian
pribadi, pada desain evaluasi pretest-posttest
dapat diminimalisir.
Kesimpulan
Menggunakan desain “post-then-pre
evaluation” untuk mengidentifikasi perubahan perilaku sasaran dapat
memberikan bukti yang cukup substansial mengenai dampak dari sebuah program.
Meskipun contoh yang digunakan di sini tentang
penyuluhan gizi, namun metodologi dapat disesuaikan dan mudah diaplikasikan untuk
program penyuluhan yang lainnya. Menggunakan
desain “post-then-pre evaluation” akan sangat membantu para penyuluh pertanian untuk mengetahui
bagaimana efek perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya program penyuluhan pertanian
dalam kehidupan masyarakat tani.
Sumber : Disadur dari : S. Kay Rockwell & Harriet Kohn, 2013 "Post-Then-Pre Evaluation"